Assalmualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Saudara Seiman Seislam, dalam artikel kli ini Saya akan membahas tentang Zuhud. Berikut Pembahasannya :
Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang maknanya tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Istilah zuhud merupakan salah satu istilah ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf sendiri berarti sebuah ajaran dalam Islam yang mengajarkan cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi bersama Allah Ta’ala. Orang yang menjalani tasawuf disebut dengan sufi. Pengertian zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat materiil atau kemewahan duniawi dengan mengharap suatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat. Zuhud dalam tasawuf adalah satu tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. (Ensiklopedi Islam 5. 1994 : halaman 240)
Saudara Seiman Seislam, dalam artikel kli ini Saya akan membahas tentang Zuhud. Berikut Pembahasannya :
Kata zuhud berasal dari bahasa Arab yang maknanya tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Istilah zuhud merupakan salah satu istilah ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf sendiri berarti sebuah ajaran dalam Islam yang mengajarkan cara menyucikan diri, meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan abadi bersama Allah Ta’ala. Orang yang menjalani tasawuf disebut dengan sufi. Pengertian zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat materiil atau kemewahan duniawi dengan mengharap suatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akhirat. Zuhud dalam tasawuf adalah satu tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. (Ensiklopedi Islam 5. 1994 : halaman 240)
Abu Nasr as-Sarraj at-Tusi, salah seorang ulama tasawuf membagi zuhud menjadi tiga tingkatan sebagai berikut.
Tingkat mubtadi atau tingkat pemula, yakni orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
Tingkat mutahaqqiq atau tingkat orang yang telah mengenal hakikat zuhud, yakni orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
Tingkat ‘alim muyaqqin atau orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai. Bagi kelompok ini dunia hanyalah sesuatu yang melalaikan orang dari mengingat Allah.
Contoh dan Ciri-Ciri Zuhud
Nabi Muhammad saw. telah mencontohkan perilaku zuhud. Nabi saw. menjauhi kemewahan dunia baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi rasul. Nabi Muhammad saw. menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah swt. Aisyah r.a. menjelaskan bahwa Rasulullah menunaikan salat malam hingga kakinya bengkak. Padahal kita mengetahui bahwa Nabi Muhammad saw. telah mendapat jaminan masuk surga. Jaminan tersebut tidak menyebabkan beliau enggan beribadah. Nabi Muhammad saw. sangat bersyukur terhadap jaminan tersebut dan memperbanyak ibadah sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.
Menurut Imam al-Gazali ada tiga ciri sifat zuhud. Ciri-ciri ersebut sebagai berikut.
Tidak terlalu senang jika memiliki sesuatu dan tidak bersedih ketika kehilangannya. Ia akan bersikap biasa ketika mendapat sesuatu dan sikap itu pula yang ditunjukkan ketika kehilangan sesuatu. Misalnya, seseorang diberikan suatu jabatan. Dia tidak terlalu gembira, sebaliknya jika jabatan itu hilang dia tidak merasa sedih.
Menganggap sama antara pujian dan celaan. Jadi, orang yang memiliki sifat zuhud tidak sombong dan angkuh ketika dia dipuji. Mereka tidak pula merasa sedih dan terhina ketika dicela orang lain. Ia bersyukur ketika mendapat pujian dan tetap rendah hati serta tidak bersedih ketika dicela. Seorang zuhud menganggap sama antara pujian dan celaan.
Hati orang zuhud dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, namun masih memiliki kecintaan kepada dunia. Cinta kepada Allah dan cinta kepada dunia tersebut ibarat air dan udara dalam gelas. Jika air dimasukkan ke dalam gelas, udara akan keluar. Begitu pula sebaliknya jika udara ditiupkan, air akan keluar. Air dan udara tidak mungkin dapat disatukan. Seseorang yang menyibukkan hatinya kepada Allah swt., halhal yang selain Dia tidak akan mendapatkan tempat. Hatinya telah dipenuhi oleh kecintaan kepada Allah swt. Sehingga harta dan dunia tidak lagi mendapat tempat. Harta dan dunia tidak dimasukkan ke dalam hati. Oleh karena itu, harta dan dunia tidak dapat mempengaruhi kecintaan orang zuhud kepada Allah swt
Wallahu A’lam, Semoga Bermanfaat Umumnya bagi Kita dan khususnya Bagi Saya
No comments:
Post a Comment